Website Resmi SMP Negeri 1 Ile Ape Timur Kabupaten Lembata

Selasa, 26 Desember 2023

MEMIKUL TONGKAT PRAMUKA MEMBINA KARAKTER PESERTA DIDIK.

 

MEMIKUL TONGKAT PRAMUKA MEMBINA KARAKTER PESERTA DIDIK.

Oleh: Yohanes Paulus Ola

Akhir- akhir ini telah heboh beredar informasi di media baik cetak maupun elektronik akan kasus kekerasan pada anak. Padahal, anak adalah asset yang tak ternilai harganya dan sungguh mulia. Anak adalah tulang punggung keluarga, bangsa dan Negara. Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”. Oleh karna itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguhsungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru seringkali tempatkan dalam posisi yang paling di rugikan, tidakmemiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasa dan pelanggaran terhadap hak-haknya.

Berdasarkan konsep tersebut telah jelas bahwa anak wajib mendapatkan perlindungan yang utama sejak dini. Namun, sejalan dengan upaya dan proses pembentukan karakter anak tidak terlepas juga dengan perilaku kekerasan yang diperoleh langsung oleh anak tersebut. Banyak perlakuan yang bertentangan (tindakan kekerasan) dan menuai aksi protes dari sejumlah kalangan. Kekerasan yang terjadi pada keluarga, sekolah, masyarakat, bahkan di tempat rantau. Kekerasan di rumah tangga misalnya anak sejak kecil ditinggalkan orang tuanya sehingga anak dititipkan pada wali atau oma dan opanya. Kebutuhan utama anak terutama kasih sayang telah tiada karena kurangnya perhatian orang tua kandung yang melahirkan anaknya. Belum lagi, saat anak duduk di bangku sekolah hampir setiap kebutuhan dalam dunia pendidikan anak, tidak ia peroleh secara maksimal. Masi banyak lagi kasus kekerasan lainnya yang masi kita temui, dengar bahkan terkadang kita memperlakukannya di lapangan.

Padahal, anak perlu dibentuk sejak kecil hingga kelak terekam di otaknya akan hal baik yang ia rasakan walaupun terselip sedikit noda yang akan menjadi bekal kehidupan kemudian hari. Pembetukan karakter anak sangat erat kaitannya dengan pola keseharian hidup yang ia jalani. Seorang bayi (manusia) sudah tentu membutuhkan waktu kira- kira enam sampai tujuh bulan untuk bisa mengatur gerakannya dengan relatif tepat untuk mencapai sesuatu. Selama sebelum mencapai waktu sepanjang itu, seorang bayi tidak mampu berbuat apa- apa selain melakukan gerakan- gerakan refkels tanpa arah yang jelas. Dalam arti ini, maka seorang anak (manusia) dipandang sebagai makluk yang tidak bahkan belum siap, karena keberadaannya yang serba terbatas; dia berhadapan dengan berbagai persoalan atau tugas yang melekat pada dirinya. Suatu keadaan yang masih sedang berproses dan sangat membutuhkan proses itu.

Proses pembentukan karakter anak ini pun beragam dan di mana saja. Tidak membutuhkan ruang khusus dan waktu yang  tepat. Sebut saja, lembaga pendidikan sebagai tempat untuk menimbah ilmu. Walaupun, pendidikan utama dan pertama adalah keluarga. Anak wajib mendapat pendidikan secara pengetahuan dan pembinaan karakter yang baik di sekolah. Pendidikan merupakan proses transformasi atau perubahan sikap serta tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.  Dalam situasi pembinaan karakter anak di sekolah tentu guru menjadi tokoh utama dalam proses ini. Guru telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan perkembangan anak dalam kehidupannya. Segala metode pembelajaran harus ia terapkan untuk kebutuhan anak didik.

Dalam pembentukan karakter anak saat ini gencarnya kurikulum merdeka yang telah dicangankan pemerintah saat ini telah memasukan pendidikan pramuka menjadi wajib untuk anak. Melekat erat dalam pikiran saya akan bagaimana tanggung jawab seorang guru dalam menjawabi tantangan pandangan negatif kalangan banyak (*para orang tua) akan “tindakan kekerasan ” yang dilakukan oleh guru di sekolah terhadap anaknya. Dengan adanya sebuah komando pramuka dari Pembina atau Pratama kepada para penggalang yang wajib hukumnya menaati segala aturan Tri Satya adalah janji dan komitmen diri, sedangkan Dasa Darma merupakan ketentuan moral yang menjadi ukuran atau standar sikap individu pramuka. Para penggalang wajib mengikuti semua perintah yang telah disuarakan lantang oleh para pratama. \

Pramuka dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan berbagai nilai-nilai positif dan karakter anak-anak muda. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan kritikan terhadap peserta didik yang mungkin lebih suka berpartisipasi dalam kegiatan Pramuka daripada belajar di dalam kelas.

Penggalang ……….. “Siap”

Penggalang ………..”siap”

Sebuah instruski yang singkat namun penuh makna dalam dunia kepramukaan. Di dalam perintah hanya satu kata namun syarat makna. Di sinilah segala kemampuan dan rasa mereka (anak) telah di uji. Nilai kerja sama, kesabaran, dan karakter anak akan dibentuk. Bukan dengan kata perintah saja yang mereka turuti namun perlakuan fisik seperti merayap, berjongkok sambil memikul tongkat, guling, melumpur, bernyanyi, berjoget, rambat tali dan sanksi kepramukaan lainnya yang mereka lakukan. Hal ini dalam pengamatan saya, telah dilakukan oleh anak dengan senang hati dan gembira. Tidak dipersoalkan oleh anak sendiri karena mungkin mereka merasa bahwa hal ini merupakan sebuah pembelajaran akan bagaimana menjawabi tantangan hidup dikemudian hari. Tidak ada aksi melapor sana, melapor sini. Pembina/ guru (Kakak pembina) tidak dipersoalkan. Senior (pratama) yang adalah teman atau kakak mereka pun tidak  dipermasalahkan.

Sebuah perlakuan dunia kepramukaan yang menarik, bahagia, dan menyenangkan ini tentu berbanding terbalik dengan proses belajar mengajar harian di kelas. Proses harian yang sebenarnya menyenangkan namun para guru harus berhadapan dengan hukum. Para guru bisa dipolisikan gara- gara mencubit (*mendidik) pipi anak karena mungkin anak tersebut adalah anak kesayangan orang tuanya. Banyak kejadian yang kita lihat yang telah menjerat para guru di sekolah. Padahal, hati seorang guru hanya ingin membentuk watak pribadi manusia (anak) yang matang, dewasa, mandiri, dan bertangungjawab oleh pembinaan yang ia lakukan ini. Dia menginginkan seorang manusia (*anak) bisa sejahtera secara jasmani dan rohani dikemudian hari. Namun, takdir berkata lain atas segala upaya yang dijalankan tidak sesuai harapan. Rasa tangis tak bisa ia luapkan karena selain mengurus ratusan anak didik di sekolah namun dibalik itu ia (guru) mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya. Tak mungkin ia meluapkan itu hanya untuk membuat rumah tangganya goyah. Biar badai selalu datang menghampiri perahunya, namun ia selalu mengarahkan kemudi ke tempat yang teduh.  

Walaupun karakter anak menjadi fokus utama para guru dalam mendesain pembelajaran di sekolah, namun yang sangat diharapkan adalah perhatian orang tua menjadi peran penting dalam mendukung karakter anak. Orang tua adalah guru utama bagi anak. Tanggung jawab utama mendidik anak adalah orang tua. Orang tua menjadi teladan utaman bagi anaknya, sehingga karakter anak adalah cerminan dari teladan orang tua. Anak adalah harta yang paling berharga tidak menjadi slogan sampingan yang kita dengungkan lantang saat kita sedang menikmati aklohol tetapi tidak memperhatikannya dengan baik. Jadikan pepatah kuno “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” dalam konteks “positif thinking”. Ayah sebagai pohon yang berdirih kokoh dan peneduh dengan menghasilkan buah- buah yang baik. Buah yang baik pastinya dinikmati banyak orang dengan senang hati. Berhentilah mengambil peluang untuk selalu mempersoalkan kesempatan anak yang sedang menjalani proses belajarnya. Hati anak ibarat kertas putih yang belum diberi coretan apa pun di dalamnya. Ukirlah dengan tinta emas akan buah- buah kebaikan pada hatinya  hingga kelak ia membaca dan melaksanakan sesuai apa yang kita tuliskan itu.

Penting untuk memahami bahwa setiap peserta didik adalah individu yang unik, dan pendidikan harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan minat mereka. Dengan pendekatan yang tepat, Pramuka dapat tetap menjadi alat yang efektif dalam membentuk karakter peserta didik, sementara pembelajaran di dalam kelas juga dapat menjadi pengalaman yang berharga dan relevan bagi mereka. Harus ada upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai dan pelajaran yang diperoleh dari proses ini sehingga peserta didik dapat mengembangkan karakter yang seimbang dan menyeluruh.

Selamat Hari Pramuka 2023! Satyaku Kudarmakan, Darma Kubaktikan. Salam Pramuka!

Dari Pramuka, aku belajar kebersamaan, disiplin mandiri, semangat, dan pantang menyerah.

 



 

0 comments:

Posting Komentar