Website Resmi SMP Negeri 1 Ile Ape Timur Kabupaten Lembata

Rabu, 06 April 2022

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah 

                            by: Kristoforus Lera

Apa itu pendidikan karakter?

Pendidikan karakter telah diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantoro melalui sekolah Taman Siswa sejak tahun 1922.Beliau memperkenalkan istilah “Pendidikan Budi pekerti”, untuk menggambarkan pendidikan karakter di sekolah. Dewasa ini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan mengembangkan sebuah Kurikulum Nasional yang memuat pendidikan karakter, untuk dipakai pada seluruh sekolah di Indonesia.

Ada beberapa definisi pendidikan karakter yang dikemukakan oleh para ahli.Ratna megawani (2004) menggambarkan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.Thomas Lickona (1991) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya, dan melaksanaknnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks sekolah pendidikan karakter didefinisikan sebagai pembelajaran yang mengarah  pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi ini mengandung makna bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.Pendidikan karakter diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh merujuk pada nilai-nilai yang ditetapkan oleh sekolah. Intinya bahwa pendidikan karakter adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai (karakter) dalam seluruh proses yang terjadi di sekolah.

Mengapa perlu pendidikan karakter di sekolah?

Hampir setiap hari kita melihat, mendengar, dan menyaksikan perilaku-perilaku menyimpang: sadisme, kekerasan, seks bebas, penyalahgunaan obat terlarang, korupsi, dan berbagai tindakan amoral lainnya. Kita juga menyaksikan bagaimana para pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa justru terlibat dalam tawuran, narkoba, geng motor, perjudian, pengangguran terdidik, pesta pora, dan mabuk-mabukan.

Dalam lingkungan sekolah kita juga menyaksikan bagaiman tata krama dan sopan santun sudah mulai luntur bahkan hilang di kalangan siswa.Begitu juga tindakan indisipliner, malas-malasan, menyontek, maki, bully, dan sebagainya, sudah menjadi praktek yang biasa di kalangan siswa.Fenomena-fenomena ini menunjukkan bahwa moralitas dan karakter bangsa saat ini telah runtuh, sehingga mengundang berbagai musibah dan bencana yang meluas pada ranah sosial keagamaan, hokum, dan politik di negeri ini.

Kalangan permerhati pendidikan mensinyalir bahwa sumber dari musibah runtuhnya moral dan karakter bangsa adalah terabaikannya pendidikan karakter di sekolah.Banyak sekolah hanya mementingkan aspek intelektual dalam penyelenggaraan pendidikan dan mengabaikan aspek karakter.Imbasnya adalah out put yang bagus secara intelektual tetapi memiliki sikap dan perilaku yang tidak baik, yang pada akhirnya merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu seluruh komponen sekolah harus segera berbenah.Pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat harus bersinergi untuk mengatasi persoalan ini, lewat penguatan pendidikan karakter. Memang saat ini pemerintah dalam hal ini kementerian Pendidikan, sudah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung pendidikan karakter, seperti lahirnya Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan dikuatkan lagi dengan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sosialisasi PPK begitu gencar di sekolah-sekolah.Banyak pelatihan guru atau seminar yang juga membahas tentang pendidikan karakter.Menjadi persoalan adalah sudah sejauh mana implemntasi dari kebijakan-kebijakan ini di sekolah.Apakah sudah efektif dalam menjawab persoalan moral yang ada?

Bagaimana cara Implementasi pendidikan karakter di sekolah?

Dalam diskusi dan seminar yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan yang melibatkan beberapa sekolah yang sudah melaksanakan pendidikan karakter,  Kementerian pendidikan merumuskan beberapa temuan mengenai suksesnya implementasi pendidikan karakter di sekolah. Kunci suksesnya implementasi pendidikan karakter adalah manajemen sekolah yang menunjang serta komitmen yang kuat antara sekolah dan orang tua dalam mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya mendukung lewat program-program atau aturan rutin sekolah (tata tertib sekolah) yang mendukung pengembangan karakter siswa. Penegakan tata tertib sekolah (datang sekolah tepat waktu, buang sampah pada tempatnya, tidak maki, tidak menyontek, dan sebagianya), pembiasaan literasi, pengembangan bakat minat siswa, sosialisasi pendidikan karakter di sekolah,  Schoolbranding, dan integrasi nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran, merupakan beberapa cara sederhana mengembangkan pendidikan karakter di sekolah.

Selain itu yang terpenting dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah keteladanan guru. Guru harus menjadi pioner dan panutan  bagi siswa dalam pengembangan karakter. Guru menjadi model yang bisa ditiru dan diteladani oleh siswa. Guru tidak hanya berbicara dalam mengajarkan karakter, tetapi memberikan teladan atau contoh nyata dalam keseharian di sekolah. Anak akan lebih mudah belajar tentang karakter ketika mereka mengalami atau melihat langsung. Seperti  yang dikemukakan oleh Ki hajar Dewantoro bahwa pengajaran terbaik adalah dengan memberikan teladan (In ngarso sung tulodo).

Peran orang tua dalam pendidikan karakter juga tidak kala penting.Orang tua harus menjadi perpanjangan tangan sekolah dalam mengiplementasikan pendidikan karakter.Nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah harus bisa diteruskan juga oleh orang tua di rumah, tentunya bersamaan dengan nilai-nilai yang sudah dipraktekan dalam keluarga tersebut.Hal ini menjadi penting agar anak selalu terbiasa mempraktekkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.

Dan di atas semuanya itu adalah komitmen yang kuat dan niat yang tulus dari sekolah dan juga orang tua untuk melaksanakan pendidikan karakter.Semua komponen sekolah terlebih guru dan orang tua harus punya komitmen yang kuat untuk selalu dan terus mengembangkan karakter siswa tanpa henti.Jangan hanya sesaat kalau ada pengawasan dari atasan, atau juga hanya karena program nasional lalu pendidikan karakter dilaksanakan, setelah itu berheneti atau mandek di tengah jalan.Pendidikaan karakter harus dibiasakan terus menerus sepanjang waktu, karena karakter yang baik tidak bisa dihasilkan secara instan, butuh waktu dan proses. Dan butuh niat tulus dari guru untuk  mengawal proses itu.

Sebagai pelaku pendidikan kita tidak ingin moral anak didik kita menjadi semakin rapuh, tetapi sebaliknya menjadi semakin kuat dan berakar dalam diri mereka. Seperti harapan Bapak presiden kita, bahwa anak didik yang kita didik sekarang ketika mencapai usia emas (usia produktif) pada tahun 2045 nanti, akan menjadi generasi emas. Generasi yang memiliki kompetensi dan akhlak yang baik untuk mampu bersaing di era globalisasi.Maka berdosalah kita sebagai guru dan orang tua, jika kita tidak mempersiapkan anak didik kita secara baik sehingga mereka tidak menjadi generasi emas seperti yang diharapkan.

0 comments:

Posting Komentar