Air Mata di 14 Mei 2024
Oleh: Elisabeth Ose Making
Aku adalah anak tunggal dalam keluargaku. Aku memiliki ibu dan ayah yang sangat menyayangiku. Setiap hariku penuh dengan kebahagiaan. Hingga suatu ketika ibuku jatuh sakit. Beliau harus menjalani perawatan yang serius.
Cerita ini adalah Cerita perjuangan seorang ibu melawan rasa sakit yang ada di tubuhnya demi anak dan keluarganya. Ia rela mempertaruhkan nyawanya demi kami dan kesehatan.Tubuhnya terus menjalani operasi berulang kali serta kemoterapi di luar kota. Awal mulanya Ibu pergi berobat di RS. AWAL BROSS BATAM tepatnya berada di kota batam selama satu tahun lamanya untuk pemulihan dirinya. Setelah satu tahun berlalu ibuku berobat, akhirnya ibuku pulang dengan kondisi yang sudah cukup baik dan akhirnya rasa rinduku bisa terobati.
Setelah 5 bulan di kampung, ibuku terkena asma yang membuat ibu harus kembali masuk Rumah sakit. Ibu di bawah kerumah sakit terdekat Namun di Rumah sakit terdekat fasilitasnya masih terbatas sehingga ibu dirujuk ke RSUD LEWOLEBA dan pada malam itu juga mereka berangkat. ibuku sempat berpamitan denganku. Rasa kasihan bercampur gelisah yang mendalam harus merelakan ibu untuk pergi berobat kembali aku rasakan.
Sesampainya disana ibu menjalani perawatan oleh dokter. Hingga pada hari yang ke-4 ibu harus disedot dahakNya agar mengurangi asmaNya. Hari ke-5 ibu butuh donor darah. Setelah selesai pendonoran, pada hari ke-6 ibu sama sekali tidak ada perubahan. Ada salah satu dokter yang datang dan berkata:”Pak, bu, Ibu hanya bertahan dengan obat antibiotik saja semuanya tergantung kehendak Tuhan:. Ayah pun langsung patah semangat dan putus asa. Beliau yang begitu mencintai ibuku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk ibuku. Pada hari ke-7 tepatnya pada tanggal 14 Mei ibu gelisah serta menitipkan banyak pesan. Pesan-pesan yang beliau berikan untuk aku dan ayah .
Tepat jam 05.00 WITA, ibu menghembuskan nafas terakhirnya dan kata yang terucap sebelum beliau menghembuskan nafasnya adalah ”Selesailah sudah”. Sesaat setelah itu ibu menghembuskan nafas terakhir dan menutup mata untuk selama-lamanya. Duka yang mendalam untukku dan ayah serta keluargaku. Ayah kehilangan sosok pendamping hidupnya, dan aku kehilangan sosok pemberi kasih saya dalam hidupku. Aku ingin memberontak marah pada semuanya tetapi aku sadar bahwa Tuhan lebih mencintai ibuku. Ibuku kini lebih bahagia, tidak lagi merasakan sakit.
Dari sini, aku sudah sadar bahwa hidup tanpa seorang ibu bagaikan Rumah tanpa lampu. Rasa rindu di hati ini sangatlah menyiksa. Aku salut pada ibu karena beliau adalah wanita terhebatKu. Beliau berusaha melawan rasa sakitnya hingga dapat bersama kami beberapa waktu. Walaupun pada akhirnya ibu tak bisa bersama kami lagi. Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi saat sekarang aku sangat merindukan ibuKu, Malaikat ku. aku sangat merindukan kasih sayang yang iya berikan serta Cinta kasihnya kepadaku,semua terasa berat jika di jalani sendiri. Namun aku akan belajar ikhlas karena Aku sayang Ibu.
Sekian and Thankyou……
0 comments:
Posting Komentar